PENETAPAN LEMAK
DENGAN METODE EKSTRAKSI
SOXHLET
I.
Tujuan
Praktikum
1.1 Mahasiswa
dapat melakukan analisis kadar lemak dalam suatu bahan pangan
1.2 Mahasiswa
dapat mengetahui kadar lemak dalam bahan.
II.
Dasar
teori
Lemak merupakan sekelompok besar
molekul-molekul alam yang terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan
oksigen meliputi asam lemak, malam, sterol, vitamin-vitamin yang larut di dalam
lemak (contohnya A, D, E, dan K), monogliserida, digliserida, fosfolipid,
glikolipid, terpenoid (termasuk di dalamnya getah dan steroid) dan lain-lain.
Lemak secara khusus menjadi sebutan bagi minyak hewani pada suhu ruang, lepas
dari wujudnya yang padat maupun cair, yang terdapat pada jaringan tubuh yang
disebut adiposa (Anonim 2010).
Mengekstraksi lemak secara murni
sangat sulit dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi
pula zat-zat yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak
bebas, pigmen karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan
harus bebas dari air agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak terekstrak dan
terhitung sebagai lemak dan keaktifan pelarut tersebut menjadi berkurang.
Pelarut ini seperti dietil eter, hexana, benzena, dan lain-lain.
Ada dua kelompok umum untuk
mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode ekstraksi basah.
Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa mengeluarkan lemak
dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang telah kering benar
dengan menggunakan pelarut anyhidrous. Keuntungan dari dari metode kering ini,
praktikum menjadi amat sederhana, bersifat universal, dan mempunyai ketepatan
yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan waktu yang cukup lama, pelarut
yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat lain yang ikut terekstrak sebagai
lemak.
Prinsip soxhlet ialah ekstraksi
menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya sehingga terjadi ekstraksi
kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya pendingin balik. Metode
soxhlet ini dipilih karena pelarut yang digunakan lebih sedikit (efesiensi
bahan) dan larutan sari yang dialirkan melalui sifon tetap tinggal dalam labu,
sehingga pelarut yang digunakan untuk mengekstrak sampel selalu baru dan
meningkatkan laju ekstraksi. Waktu yang digunakan lebih cepat. Kerugian metode
ini ialah pelarut yang digunakan harus mudah menguap dan hanya digunakan untuk
ekstraksi senyawa yang tahan panas.
Menurut
Lehninger (1982) lemak merupakan bagian dari lipid yang mengandung asam lemak
jenuh bersifat padat. Lemak merupakan senyawa organik yang terdapat di
alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik nonpolar,
misalnya dietil eter (C2H5OC2H5),
kloroform (CHCl3), benzena, hexana dan hidrokarbon lainnya. Lemak
dapat larut dalam pelarut tersebut karena lemak mempunyai polaritas yang
sama dengan pelarut (Herlina 2002).
Dalam
mengetahui kadar lemak yang terdapat di bahan pangan dapat dilakukan
denganmengekstraksi lemak. Namun mengekstrak lemak secara murni sangat sulit
dilakukan, sebab pada waktu mengekstraksi lemak, akan terekstraksi pula zat-zat
yang larut dalam lemak seperti sterol, phospholipid, asam lemak bebas, pigmen
karotenoid, khlorofil, dan lain-lain. Pelarut yang digunakan harus bebas dari
air (pelarutanhydrous) agar bahan-bahan yang larut dalam air tidak
terekstrak dan terhitung sebagai lemak dan keaktivan pelarut tersebut menjadi
berkurang.
Sifat-sifat dari lemak dapat diidentifikasi dengan beberapa metode Terdapat dua
metode untuk mengekstraksi lemak yaitu metode ekstraksi kering dan metode
ekstraksi basah. Metode kering pada ekstraksi lemak mempunyai prinsip bahwa
mengeluarkan lemak dan zat yang terlarut dalam lemak tersebut dari sampel yang
telah kering benar dengan menggunakan pelarutanhydrous. Keuntungan
dari dari metode kering ini, praktikum menjadi amat sederhana, bersifat
universal dan mempunyai ketepatan yang baik. Kelemahannya metode ini membutuhkan
waktu yang cukup lama, pelarut yang digunakan mudah terbakar dan adanya zat
lain yang ikut terekstrak sebagai lemak. Pada praktikum penetapan kadar lemak
ini digunakan metode ekstraksi kering yaitu metode Soxhlet.
Praktikum penetapan lemak kasar dan komponen lipid dilakukan dengan tujuan agar
praktikan dapat mengetahui kadar lemak yang terkandung dalam suatu bahan
pangan. Metode yang digunakan tergolong dalam metode ekstraksi kering yaitu
metode Soxhlet
Metode
Soxhlet
Metode
Soxhlet termasuk jenis ekstraksi menggunakan pelarut semikontinu. Ekstraksi
dengan pelarut semikontinu memenuhi ruang ekstraksi selama 5 sampai dengan 10
menit dan secara menyeluruh memenuhi sampel kemudian kembali ke tabung
pendidihan. Kandungan lemak diukur melalui berat yang hilang dari contoh atau
berat lemak yang dipindahkan. Metode ini menggunakan efek perendaman contoh dan
tidak menyebabkan penyaluran. Walaupun begiru, metode ini memerlukan waktu yang
lebih lama daripada metode kontinu (Nielsen 1998).
Prinsip
Soxhlet ialah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya
sehingga terjadi ekstraksi kontiyu dengan jumlah pelarut konstan dengan adanya
pendingin balik. Soxhlet terdiri dari pengaduk atau granul
anti-bumping, still pot (wadah penyuling,bypass
sidearm, thimble selulosa, extraction liquid, syphon arm inlet,
syphon arm outlet, expansion adapter, condenser (pendingin), cooling water
in, dan cooling water out (Darmasih 1997).
Langkah-langkah
dalam metode Soxhlet adalah : menimbang tabung pendidihan ; menuangkan
eter anhydrous dalam tabung pendidihan, susun tabung pendidihan,
tabung Soxhlet, dan kondensator ; ekstraksi dalam Soxhlet ; mengeringkan tabung
pendidihan yang berisi lemak yang terekstraksi pada oven 1000C selama 30 menit
; didinginkan dalam desikator lalu ditimbang (Nielsen 1998).
Sampel
yang sudah dihaluskan, ditimbang 5 sampai dengan 10 gram dan kemudian dibungkus
atau ditempatkan dalam “Thimble” (selongsong tempat sampel) , di atas sampel
ditutup dengan kapas. Pelarut yang digunakan adalah petroleum spiritus dengan
titik didih 60 sampai dengan 80°C. Selanjutnya, labu kosong diisi butir batu
didih. Fungsi batu didih ialah untuk meratakan panas. Setelah dikeringkan dan
didinginkan, labu diisi dengan petroleum spiritus 60 – 80°C sebanyak 175 ml.
Digunakan petroleum spiritus karena kelarutan lemak pada pelarut
organik. Thimbleyang sudah terisi sampel dimasukan ke dalam Soxhlet.
Soxhlet disambungkan dengan labu dan ditempatkan pada alat pemanas listrik
serta kondensor . Alat pendingin disambungkan dengan Soxhlet. Air untuk
pendingin dijalankan dan alat ekstraksi lemak kemudian mulai dipanaskan
(Darmasih 1997).
Ketika
pelarut dididihkan, uapnya naik melewati Soxhlet menuju ke pipa pendingin. Air
dingin yang dialirkan melewati bagian luar kondensor mengembunkan uap pelarut
sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke thimble. Pelarut
melarutkan lemak dalam thimble, larutan sari ini terkumpul
dalamthimble dan bila volumenya telah mencukupi, sari akan dialirkan lewat
sifon menuju labu. Proses dari pengembunan hingga pengaliran disebut
sebagai refluks. Proses ekstraksi lemak kasar dilakukan selama 6 jam. Setelah
proses ekstraksi selesai, pelarut dan lemak dipisahkan melalui proses
penyulingan dan dikeringkan (Darmasih 1997).
Faktor
yang Memengaruhi Kadar Lemak
Faktor-faktor
yang memengaruhi laju ekstraksi adalah tipe persiapan sampel, waktu ekstraksi,
kuantitas pelarut, suhu pelarut, dan tipe pelarut. Dibandingkan dengan cara
maserasi, ekstraksi dengan Soxhlet memberikan hasil ekstrak yang lebih tinggi
karena pada cara ini digunakan pemanasan yang diduga memperbaiki kelarutan
ekstrak. Makin polar pelarut, bahan terekstrak yang dihasilkan tidak berbeda
untuk kedua macam cara ekstraksi. Fenolat total yang tertinggi didapatkan pada
proses ekstraksi menggunakan pelarut etil asetat. Sifat antibakteri tertinggi
terjadi pada ekstrak yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan pelarut etil
asetat untuk ketiga macam bakteri uji Gram-positif. Semua ekstrak tidak
menunjukkan daya hambat yang berarti pada semua bakteri uji Gram-negatif (Lucas
dan David 1949).
Crackers
Crackers adalah
jenis biskuit yang terbuat dari adonan keras melalui proses fermentasi atau
pemeraman, berbentuk pipih yang mengarah kepada rasa asin dan renyah, serta
bila dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis. Crackers tanpa
pemanis merupakan tipe yang paling populer yang dapat dikonsumsi sebagai
pengganti roti dan penggunaanya lebih luas sebagai makanan diet.
Ciri-ciri crackers yang baik adalah tekstur yang renyah, tidak
keras apabila digigit, tidak hancur, dan mudah mencair apabila dikunyah.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan crackers dapat
dibagi menjadi dua bagian yaitu bahan-bahan yang berfungsi sebagai pengikat dan
bahan pelembut tekstur. Bahan pengikat atau pembentuk adonan yang kuat
adalah tepung terigu, air, dan garam, sedangkan bahan-bahan yang berfungsi
sebagai pelembut tekstur adalah gula, mentega, danleavening agent (baking
powder) sebagai bahan pengembang (Manley 2000).
Tabel
1 Syarat mutu biskuit (SNI 01-2973-1992)
Komponen
|
Syarat Mutu
|
Air
|
Maks 5%
|
Protein
|
Min 9%
|
Lemak
|
Min 9.5%
|
Karbohidrat
|
Min 70%
|
Abu
|
Maks 1.5%
|
Logam berbahaya
|
Negatif
|
Serat kasar
|
Maks 0.5%
|
Kalori (per 100 gr)
|
Min 400
|
Jenis tepung
|
Terigu
|
Bau dan Rasa
|
Normal,tidak tengik
|
Warna
|
Normal
|
Sumber:
Badan Standarisasi Nasional (1992)
III.
Peralatan
dan bahan
3.1 alat
destilasi : soxchlet lengkap dengan condenser dan labu lemak
3.2 alat
pemanas listrik atau penangass uap
3.3 oven
3.4 timbangan
analitik
3.5 bahan : susu bubuk full cream
3.6 Ethanol
IV.
Posedur
percobaan
5.1 Mengambil
labu lemak yang ukuran sesuai dengan alat ekstraksi soxhlet yang akan
digunakan, keringkan dalam desikator dan timbang.
5.2
Menimbang 5 gram sampel dalam bentuk tepung langsung dalam saringan
timbel, yang sesuai ukurannya, kemudian
tutup dengan kapas wool yang bebas
lemak sebagai alternative sampel dapat
dibungkus dengan kertas saring.
5.3
Letakkan timbe atau kertas saring yang berisi sampel tersebut dalam alat
destilasi
ekstraksi soxhlet, kemudian pasang alat
condenser diatasnya dan labu lemak
dibawahnya.
5.4
Menuangkan pelarut heksan atau dietil eter kedalam labu lemak
secukupnya,
sesuai dengan ukuran soxhlet yang
digunakan.
5.5. Melakukan refluks selama
minimum 5 jam sampai perlarut yang ada didalam
labu lemak, tampung pelarutnya.
Selanjutnya, labu lemak yang berisi lemak hasil
ekstraksi dipanaskan dalam oven pada
suhu 105 oC.
5.6
Setalah direaksikan sampai berat tetap dan dingninkan dalam desikator,
menimbang labu beserta lemaknya tersebut berat lemak.
V.
Data
pengamatan
·
Berat Sampel :
5 gram
·
Berat Labu : 122 gram
Perlakuan
|
Pengamatan
|
Pada destilasi
|
Lemak didalam susu akan terekstrasi oleh pelarut
lemak (ethanol).
Warna Lrutan jenuh/ keruh menandakan lemak
terlarut pada ethanol.
|
Di diamkan lebih kurang 1 minggu
|
Gumpalan
lemak akan terlarut berwarna putih.
|
Pada alat destilasi
|
Pada suhu lebih kurang 78 oC (titik didih etanol)
pelarut akan teuap lebih dahulu dan lemak nya akan tetap tinggal di dalam labu
bundar.
|
Labu dioven dan ditimbang kerahnya
|
Massa konstantnya.
|
Ekstrakis
soxhlet
Siklus
|
Waktu
|
1
2
3
4
5
|
50
: 50 : 50
11
: 30 : 00
13
: 40 : 25
16
: 03 : 50
14
: 01 : 00
|
VI.
Perhitungan
·
Berat Lemak = ( Berat
rata-rata lemak setelah pengeringan ) –
( Berat Labu
Bundar kosong )
= 123 gram – 122
gram
= 1 gram
·
% Lemak =
=
= 20 %
VII.
Analisa
percobaan
Pada percobaan
penentuan lemak dengna metode ekstraksi soxhlet ini bertujuan agar dapat
menganalisa kadar lemak dalam suatu bahan pangan dan mengetahui kadar lemak
dalam bahan. Kami menggunakan bahan berupa susu
bubuk. Pelarutnya berupa ethanol 98% sebagai pelarutnya.
Adapun langkah awal
yang kami lakukan adalah menimbang 5 gram susu full cream/ susu bubuk tersebut
kemudian dimasukkan kedalam sifon. Kemudian ethanol dimasukkan kedalam labu
bundar. Lalu direfluks. Tetapi tidak lupa batu didih juga dimaskukkan kedalam
labu bundar, tujuannyan agar dapat menurunkan tekanan suhu larutan agar tidak
terlalu tinggi. Perefluksan dilakukan sampai pelarut yang turun kembali ke labu
bundar lagi ( 5X) dan berwarna jernih.
Proses yang terjadi
pada percobaan ini ketika pelarut dididihkan, upaya naik melewati soxhlet
menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dididihkan melalui bagian luar
condenser mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fasa cair. Kemudian
menetes ke timbel. Pelarut melarutkann lemak didalam timbel, larutan sari ini
terkumpul dalam timbel dan bila volemenya telah mencukupi, sari akan dialirkan
menuju labu.
Adapun hasil ekstraksi
yang didapat kemudian didiamkan selama
lebih kurang selama 1 minggu, tujuannya agar untuk mendapatkan lemak
yang lebih banyak. Setelah satu minggu, larutan yang telah banyak menggumpal lemaknya
didestilasi dan ditampung pelarutnya. Kemudian lemak yang telah didapat
dipindahkan kedalam crussible untuk di oven dengan suhu 105 oC. Kemudian lemak
yang telah kering, didinginkan kedalam desikator dan kemudian ditimbang. Berat
lemak yang dihasilkan seberat 1 gram.
VIII. Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa :
1. Proses
ini dilakukan untuk mendapatkan kadar lemak dari suatu bahan pangan
(
susu) dengan metode ekstraksi dan destilasi.
2. Kadar
lemak dapat dianalisa dengan menggunakan metode ekstraksi dengan peralatan
soxhlet.
3. Lemak
bebas didestilasi dengan pelarut non polar salah satu contohnya ethanol melalui
metode ekstraksi.
4. Factor-faktor
yang mempengaruhi laju ekstraksi :
a. Persiapan
dan jenis sampel
b. Waktu
ekstraksi
c. Kuantitas
pelarut
d. Suhu
pelarut
e. Tipe
pelarut
5. Berat
lemak yang didapat : 1 gram
6. %
Lemak yang didapat : 20 %
Daftar Pustaka
Yuniar. 2014. Penuntun
praktikum teknologi pengolahan pangan. POLSRI. Palembang
http://nuruszahro.blogspot.com/2013/10/laporan-analisa-lemak.html
Gambar Alat
Seperangkat alat
ekstraksi soxhlet
Seperangkat alat destilasi
Erlenmeyer Oven Labu
Bundar
Spatula Neraca
Analitik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar