Pages

laporan penentuan kadar air dengan metode oven

Kamis, 15 Oktober 2015



PENENTUAN KADAR AIR DENGAN METODE OVEN
I.              Tujuan Percobaan
·         Mahasiswa dapat melakukan analisis kadar air pada setiap bahan pangan.
·         Mahasiswa dapat menentukan bahan pangan yang ditetapkan kadar airnya dengan metode oven.

II.           Dasar Teori
Air merupakan satu zat gizi yang tidak dapat kita tinggalkan, tetapi seiring diabaikannya dalam pembahasan mengenai gizi. Air juga merupakan komponen penting dalam makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan kita. Bahkan dalam bahan makanan yang kering sekalipun, seperti buah kering, tepung, serta biji-bijian, terkandung air dalam jumlah tertentu.
Semua bahan makanan mengandung air dalam jumlah yang berbeda-beda, baik itu bahan makanan hewani maupun nabati. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolimer, dan sebagainya.
Kadar air dalam bahan pangan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari bahan pangan tersebut . Oleh karena itu penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendisribusian mendapat penanganan yang tepat.
Metode pengeringan atau metode oven biasa merupakan suatu metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan cara menguapkan air tersebut dengan menggunakan energi panas. Prinsip dari metode oven pengering adalah bahwa air yang terkandung dalam suatu bahan akan menguap bila bahan tersebut dipanaskan pada suhu 105o C selama waktu tertentu. Perbedaan antara berat sebelum dan sesudah dipanaskan adalah kadar air.

Teori tambahan
Air dalam bahan pangan hasil pertanian dibedakan atas air bebas dan air terikat. Air bebas adalah air yang dapat dikeluarkan atau dibebaskan dengan mudah dari bahannya, misalnya dengan pemanasan. Air terikat meliputi (1) air yang teradsorpsi pada dinding sel dan komponen – komponen sel seperti protein, pati, selulosa dan lain-lain, (2) air yang terikat secara kimiawi pada senyawa – senyawa karbohidrat (antara lain glukosa, maltose, laktosa), garam (air kristal  garam seperti K-tartrat), protein dan lain lain.
Kadar air bahan pangan merupakan pengukuran jumlah air total yang terkandung dalam bahan pangan, tanpa memperlihatkan kondisi atau derajat keterikatan air. Kadar air bahan pangan dapat diukur dengan berbagai cara. Metode umum yang dilakukan di laboratorium adalah dengan pemanasan di dalam oven. Metode ini digunakan untuk seluruh produk makanan, kecuali jika produk tersebut mengandung komponen – komponen yang mudah menguap atau jika produk tersebut mengalai dekomposisi pada pemanasan 100oC.
Prinsip :
Sampel dikeringkan dalam oven 100oC sampai diperoleh berat yang tetap.
Metode Oven Biasa (pemanasan langsung)
Metode oven biasa merupakan salah satu metode pemanasan langsung dalam penetapan kadar air suatu bahan pangan. Dalam metode ini bahan dipanaskan pada suhu tertentu sehingga semua air menguap yang ditunjukkan oleh berat konstan bahan setelah periode pemanasan tertentu. Kehilangan berat bahan yang terjadi menunjukkan jumlah air yang terkandung. Metode ini terutama digunakan untuk bahan-bahan yang stabil terhadap pemanasan yang agak tinggi, serta produk yang tidak atau rendah kandungan sukrosa dan glukosanya seperti tepung-tepungan dan serealia (AOAC 1984).
Metode ini dilakukan dengan cara pengeringan bahan pangan dalam oven. Berat sampel yang dihitung setelah dikeluarkan dari oven harus didapatkan berat konstan, yaitu berat bahan yang tidak akan berkurang atau tetap setelah dimasukkan dalam oven. Berat sampel setelah konstan dapat diartikan bahwa air yang terdapat dalam sampel telah menguap dan yang tersisa hanya padatan dan air yang benar-benar terikat kuat dalam sampel. Setelah itu dapat dilakukan perhitungan untuk mengetahui persen kadar air dalam bahan (Crampton 1959).
Secara teknik, metode oven langsung dibagi menjadi dua yaitu, metode oven temperatur rendah dan metode oven temperatur tinggi. Metode oven temperatur rendah menggunakan suhu (103 + 2)˚C dengan periode pengeringan selama 17 ± 1 jam. Periode pengeringan dimulai pada saat oven menunjukkan temperatur yang diinginkan. Setelah pengeringan, contoh bahan beserta cawannya disimpan dalam desikator selama 30-45 menit untuk menyesuaikan suhu media yang digunakan dengan suhu lingkungan disekitarnya. Setelah itu bahan ditimbang beserta wadahnya. Selama penimbangan, kelembaban dalam ruang laboratorium harus kurang dari 70% (AOAC 1970). Selanjutnya metode oven temperatur tinggi. Cara kerja metode ini sama dengan metode temperatur rendah, hanya saja temperatur yang digunakan pada suhu 130-133˚C dan waktu yang digunakan relatif lebih rendah (Crampton 1959).
Metode ini memiliki beberapa kelemahan, yaitu:
a)      Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain
b)      Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak mengalami oksidasi
c)      Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun sudah dipanaskan (Soedarmadji 2003).

Prinsip Analisa Metode Gravimetri
Prinsip metode penetapan kadar air dengan oven atau Thermogravimetri yaitu menguapkan air yang ada dalam bahan dengan jalan pemanasan. Penimbangan bahan dengan berat konstan yang berarti semua air sudah diuapkan dan cara ini relatif mudah dan murah. Percepatan penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang lain karena pemanasan maka dapat dilakukan pemanasan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Bahan yang telah mempunyai kadar gula tinggi, pemanasan dengan suhu kurang lebih 100º C dapat mengakibatkan terjadinya pergerakan pada permukaan bahan.
Suatu bahan yang telah mengalami pengeringan lebih bersifat hidroskopis dari pada bahan asalnya. Oleh karena itu selama pendinginan sebelum penimbangan, bahan telah ditempatkan dalam ruangan tertutup yang kering misalnya dalam eksikator atau desikator yang telah diberi zat penyerapan air. Penyerapan air atau uap ini dapat menggunakan kapur aktif, asam sulfat, silica gel, kalium klorida, kalium hidroksid, kalium sulfat atau bariumoksida. Silika gel yang digunakan sering diberi warna guna memudahkan bahan tersebut sudah jenuh dengan air atau belum, jika sudah jenuh akan berwarna merah muda, dan bila dipanaskan menjadi kering berwarna biru (Sudarmadji, 2007).
Kadar air dalam bahan makanan sangat mempengaruhi kualitas dan daya simpan dari pangan tersebut. Oleh karena itu, penentuan kadar air dari suatu bahan pangan sangat penting agar dalam proses pengolahan maupun pendistribusian mendapat penanganan yang tepat. Kadar air dalam suatu bahan  pangan sangat berpengaruh pada mutu produk pangan tersebut. Semakin banyak kadar air yang terkandung, umur simpannya semakin sebentar, karena kalau suatu bahan banyak mengandung kadar air, maka sangat memungkinkan adanya mikroba yang tumbuh. Oleh karena itu kita harus mengetahui kandungan air dalam suatu bahan agar dapat memprekdisikan umur simpannya. (Christian 1980).
Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan kesegaran dan daya tahan bahan itu sendiri.  Sebagian besar dari perubahan-perubahan bahan makanan terjadi dalam media air yang ditambahkan atau berasal dari bahan itu sendiri.  Menurut derajat keterikatan air dalam bahan makanan atau bound water dibagi menjadi 4 tipe, antara lain:
-        Tipe I adalah tipe molekul air yang terikat pada molekul-molekul air melalui suatu ikatan hydrogen yang berenergi besar.  Molekul air membentuk hidrat dengan molekul-molekul lain yang mengandung atom-atom O dan N seperti karbohidrat, protein atau garam.
-        Tipe II adalah tipe molekul-molekul air membentuk ikatan hydrogen dengan molekul air lain, terdapat dalam miro kapiler dan sifatnya agak berbeda dari air murni.
-        Tipe III adalah tipe air yang secara fisik terikat dalam jaringan matriks bahan seperti membran, kapiler, serat dan lain-lain.  Air tipe inisering disebut dengan air bebas.
-        Tipe IV adalah tipe air yang tidak terikat dalam jaringan suatu bahan atau air murni, dengan sifat-sifat air biasa.





III.             Alat dan Bahan yang digunakan
1.    Oven dengan kisaran suhu 100oC – 102oC
2.    Cawan (stainless steel, aluminium, nikel atau porselen). Gunakan cawan lengkap dengan tutupnya. Untuk bahan-bahan yang memberikan efek korosif, sebaiknya tidak menggunakan cawan-cawann logam.
3.    Desikator yang berisi bahan pengering (fosfor pentoksida kering, kalsium klorida atau butiran halus silica gel).
4.    Penjepit cawan.
5.    Timbangan analitik
6.    Bahan yang digunakan yaitu tepung beras, tapioka, dan terigu

IV.             Prosedur Kerja
1.      Cawan kosong dan tutupnya dikeringkan di dalam oven  selama 15 menit dan dinginkan dalam desikator, kemudian ditimbang (untuk cawan aluminium didinginkan selama10 menit dan cawan porselen didinginkan selama 20 menit).
2.      Ditimbang dengan cepat kurang lebih 5 gram sampel yang sudah dihomogenkan dalam cawan.
3.      Tutup cawan diangkat dan cawan ditempatkan  beserta isi dan tutupnya didalam oven selama 6 jam. Hindarkan kontak antara cawan dengan dinding oven. Untuk produk yang tidak mengalami dekomposisi dengan pengeringan yang lama, dapat dikeringkan selama 1 malam (16 jam).
4.      Cawan dipindahkan kedalam desikator, tutup dengan penutup cawan, lalu dinginkan. Setelah dingin timbang kembali.
5.      Di keringkan kembali kedalam oven sampai diperoleh berat yang tetap.






V.           Data Pengamatan
Pengamatan
Cawan 1
(tepung beras) (gr)
Cawan 2
(tepung bumbu) (gr)
Cawan 3
(tepung terigu) (gr)
Berat cawan
Berat cawan + sampel (sebelum dipanaskan)
Berat sampel basah
Berat cawan + sampel (setelah dipanaskan)
Berat sampel kering
Selisih total
58, 5608
61,0347

5,3739
63,5595

4,7987
0,5752

51,4927
56,4189

5,3267
56,1042

4,6115
0,7147
50,4846
55,1266

4,6420
54,5890

4,1044
0,5376

VI.        Perhitungan
a.       Berat sampel (W1)
Sampel tepung beras       = 5,3739 gram
Sampel tepung bumbu    = 5,3267 gram
Sampel tepung terigu      = 4,642 gram
b.      Berat sampel setelah dikeringkan (W2)
Sampel tepung beras       = 4,7987 gram
Sampel tepung bumbu    = 4,611 gram
Sampel tepung terigu      = 4,1044 gram
c.       Selisih  berat (W3 = W1 – W2)
Sampel tepung beras       = 0,5752 gram
Sampel tepung bumbu    = 0,7147 gram
Sampel tepung terigu      = 0,5376 gram
d.      % kadar air (berat kering, bk) (W3/W2 x 100%)
Tepung beras =  x 100%     = 11,98%
Tepung bumbu =  x 100%  = 15,49%
Tepung terigu =  x 100%   = 13,09%
e.       % kadar air (berat basah, bb) (W3/W1 x 100%)
Tepung beras =  x 100%     = 89,29%
Tepung bumbu =  x 100%  = 86,57%
Tepung terigu =  x 100%   = 88,42%

VII.     Analisa Percobaan
Air merupakan substansi yang dibutuhkan dalam komponen penyusun bahan pangan dengan jumlah yang cukup. Setiap bahan pangan memiliki kadar air yang berbeda-beda. Kadar air merupakan suatu indikator yang dapat digunakan sebagai penyimpanan. Kadar air sangat mempengaruhi masa kadaluarsa dari bahan pangan itu sendiri. Bahan pangan yang kering akan lebih tahan lama dibandingkan dengan bahan pangan yang memiliki kadar air tinggi karena hal ini sangat memungkinkan untuk hidupnya suatu mikrooorganisme. Beberapa contoh bahan pangan dantaranya dalah tepung beras, tepung bumbu dan tepung terigu. Masing-masing bahan ini memiliki kadar air berbeda. Oleh sebab itu dilakukan analisa perbedaan dari masing-masing bahan pangan dengan metode oven.
Kadar air yang didapat dalam berat kering pada ketiga bahan bervariasi, begitu pun berat basah. Kadar air berat kering adalah perbandingan antara berat air didalam bahan tersebut dengan berat keringnya. Sedangkan kadar air berat basah adalah perbandingan antara berat air didalam bahan dengan berat bahan pangan.
Nilai kadar air tertinggi terdapat pada sampel bahan pangan tepung bumbu dan yang terendah pada tepung beras. Hal ini dikarenakan pada tepung bumbu mengalami waktu pengeringan yang lebih singkat pada ssat produksidi pabrik, sedangkan pada tepung beras waktu pengeringan yang agak lama sehingga kadar air  yang ada lebih sedikit. Keberadaan air ini dpat mempengaruhui proses dan cara penyimpanan bahan pangan tersebut.





VIII.       Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa nilai kadar air tertinggi terdapat pada sampel bahan pangan tepung bumbu dan yang terendah pada tepung beras. Bahan pangan dengan kadar air rendah dapat disimpan lebih lama karena tidak memungkinkan tumbuhnya mikroorganisme yang dapat membuatnya kadaluarsa. Dari percobaan didapatkan hasil:
Kadar air berat kering
-          Tepung beras         = 11,98%
-          Tepung bumbu      = 15,49%
-          Tepung beras         = 13,09%
















DAFTAR PUSTAKA
M. Amin, Jaksen. 2015. Penuntuk Praktikum Teknologi Pangan. Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.




















Gambar alat
          
Oven                                                   Neraca Analitik
                                 
            Spatula                                                            Penjepit
     Cawan poreselen
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
FREE BLOGGER TEMPLATE BY DESIGNER BLOGS