DISTILASI FRAKSIONASI
I. TUJUAN PERCOBAAN
·
Menentukan jumlah tahap teoritis
(Theoritical Plate), dengan metode Mc. Cabe – Thiede.
·
Menetukan tinggi tahap equivalen
(HETP Height Equivalent to Theoritical Plate).
·
Penetuan komposisi distilat rata
– rata.
·
Menentukan derajat pemisahan operasi distilasi
batch.
II. ALAT DAN BAHAN
Alat Yang Digunakan
o
Refraktometer
o
Pipet Tetes
o
Tabung Reaksi
o
Pipet Ukur
o
Gelas Kimia
o
Bola Karet
Bahan Yang Digunakan
§ LarutanEtanol 96 %
§ Aquadest
III. DASAR TEORI
Operasi teknik kimia yang
sering dilakukan pada industry kimia adalah operasi perpindahan massa. Salah satu contoh operasi perpindahan massa adalah distilasi.
Distilasi adalah operasi pemisahan campuran cairan yang saling melarut menjadi komponen – komponen yang didasarkan pada perbedaan daya penguapan komponen –
komponen.
Fraksionasi adalah cara pemisahan secara distilasi,
yaitu membua tkesetimbangan fase uap dan cair dengan jalan menambahkan energy, melakukan pemisahan uap dan cairan dan kembali menciptakan keadaan system batch, semua umpan mengalami pemisahan dalam wadah reboiler, kemudian dilakukan fraksionasi hingga didapat sisi residu dalam wadah.
Neraca
Massa untuk Sistem komponen Binar
Neraca
Massa Total : F
= D + B
Neraca
Massa Komponen : F XF = D XD + B XB
Sehingga
didapatkan :
D = XF - XB
F XD - XB
TEORI
TAMBAHAN
Distilasi
atau penyulingan adalah suatu
metode pemisahan bahan kimia berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan
menguap (volatilitas) bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan
sehingga menguap, dan uap ini kemudian didinginkan kembali ke dalam bentuk
cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap lebih dulu.
Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis perpindahan massa.
Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal distilasi
didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton.
Distilasi pertama kali ditemukan oleh kimiawan Yunani sekitar abad
pertama masehi yang akhirnya perkembangannya dipicu terutama oleh tingginya
permintaan akan spritus. Hypathia dari Alexandria dipercaya telah menemukan
rangkaian alat untuk distilasi dan Zosimus dari Alexandria-lah yang telah
berhasil menggambarkan secara akurat tentang proses distilasi pada sekitar abad
ke-4.
Bentuk modern distilasi pertama kali ditemukan oleh ahli-ahli kimia
Islam pada masa kekhalifahan Abbasiah, terutama oleh Al-Razi pada pemisahan
alkohol menjadi senyawa yang relatif murni melalui alat alembik, bahkan desain
ini menjadi semacam inspirasi yang memungkinkan rancangan distilasi skala
mikro, The Hickman Stillhead dapat terwujud. Tulisan oleh Jabir Ibnu Hayyan
(721-815) yang lebih dikenal dengan Ibnu Jabir menyebutkan tentang uap anggur
yang dapat terbakar. Ia juga telah menemukan banyak peralatan dan proses kimia
yang bahkan masih banyak dipakai sampai saat kini. Kemudian teknik penyulingan
diuraikan dengan jelas oleh Al-Kindi (801-873).
Salah satu penerapan terpenting dari metode distilasi adalah
pemisahan minyak mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti
untuk transportasi, pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didistilasi menjadi
komponen-komponen seperti oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk
pengisi balon. Distilasi juga telah digunakan sejak lama untuk pemekatan
alkohol dengan penerapan panas terhadap larutan hasil fermentasi untuk
menghasilkan minuman suling.
Ada 4 jenis distilasi yang akan dibahas disini, yaitu distilasi
sederhana, distilasi fraksionasi, distilasi uap, dan distilasi vakum.
a. Distilasi Sederhana
Pada distilasi sederhana, dasar pemisahannya adalah perbedaan titik
didih yang jauh atau dengan salah satu komponen bersifat volatil. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu
kecenderungan sebuah substansi untuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada
tekanan atmosfer. Aplikasi distilasi sederhana digunakan untuk memisahkan
campuran air dan alkohol.
b. Distilasi Fraksionisasi
Fungsi distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen
cair, dua atau lebih, dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya.
Distilasi ini juga dapat digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih
kurang dari 20 °C dan bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan
rendah. Aplikasi dari distilasi jenis ini digunakan pada industri minyak
mentah, untuk memisahkan komponen-komponen dalam minyak mentah
Perbedaan distilasi fraksionasi dan distilasi sederhana adalah
adanya kolom fraksionasi. Di kolom ini terjadi pemanasan secara bertahap dengan
suhu yang berbeda-beda pada setiap platnya. Pemanasan yang berbeda-beda ini
bertujuan untuk pemurnian distilat yang lebih dari plat-plat di bawahnya.
Semakin ke atas, semakin tidak volatil cairannya.
c. Distilasi Uap
Distilasi uap digunakan pada campuran senyawa-senyawa yang memiliki
titik didih mencapai 200 °C atau lebih. Distilasi uap dapat menguapkan
senyawa-senyawa ini dengan suhu mendekati 100 °C dalam tekanan atmosfer
dengan menggunakan uap atau air mendidih. Sifat yang fundamental dari distilasi
uap adalah dapat mendistilasi campuran senyawa di bawah titik didih dari
masing-masing senyawa campurannya. Selain itu distilasi uap dapat digunakan
untuk campuran yang tidak larut dalam air di semua temperatur, tapi dapat
didistilasi dengan air. Aplikasi dari distilasi uap adalah untuk mengekstrak
beberapa produk alam seperti minyak eucalyptus dari eucalyptus, minyak sitrus
dari lemon atau jeruk, dan untuk ekstraksi minyak parfum dari tumbuhan.
Campuran dipanaskan melalui uap air yang dialirkan ke dalam campuran
dan mungkin ditambah juga dengan pemanasan. Uap dari campuran akan naik ke atas
menuju ke kondensor dan akhirnya masuk ke labu distilat.
d. Distilasi Vakum
Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa yang ingin
didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat terdekomposisi sebelum atau
mendekati titik didihnya atau campuran yang memiliki titik didih di atas
150 °C. Metode distilasi ini tidak dapat digunakan pada pelarut dengan
titik didih yang rendah jika kondensornya menggunakan air dingin, karena
komponen yang menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi
tekanan digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai
penurun tekanan pada sistem distilasi ini
Distilasi fraksionasi merupakan proses untuk memisahkan
petroleum menjadi fraksinya berdasarkan titik didihnya. Gas hasil
penyulingan mengandung propana dan butana yang kemudian dimampatkan
menjadi cairan yang disebut LPG (Liquefied Petroleum Gasses) atau
gas elpiji. Bensin, kerosin, dan minyak diesel digunakan untuk bahan
bakar dikirim ke depo atau tempat penyimpanan. Ter dan sejenis minyak yang
lengket lain dipakai dalam ketel uap dan pembangkit listrik. Tidak
semua bahan petrokimia dari minyak mentah menjadi bahan bakar. Residu dari
distilasi fraksionasi ini dapat dibentuk minyak pelumas, lilin hidrokarbon
atau lilin parafin, dan bitumen atau aspal
Dalam percobaan ini dipelajari derajat pemisahan operasi distilasi
batch dengan refluks ratio tertentu. Derajat pemisahan perlu diketahui untuk menggambarkan sampai sejauh mana operasi secara batch
dapat dilakukan untuk pemisahan dan berapa lama hal itu perlu dilakukan untuk mendapatkan derajat pemisahan yang
diinginkan.
HETP
(Height Equivalent to Theoritiical Plate) adalah perbandingan tinggi kolom (column
height) terdapat jumlah tahap teoritis (Theoritical Plate) dimana path kolom setinggi HETP
akan dihasilkan uap dan cairan dengan komposisi yang sama dengan komposisi kesetimbangan. HETP ditentukan dengan jalan membagi tinggi kolom keseluruhan dengan jumlah tahap teoritis dan kolom.
Penetuan komposisi distilat rata
– rata didasarkan pada anggapan tidak adanya kebocoran massa dan massa yang tertinggal didalam kolom dapat diabaikan.
Indeks
bias adalah suatu larutan yang dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode antara alin dengan metode interforometri yang meliputi interforometermach
– 2 ender, interforometerfabry – Perat dan interforometer Michelson.
IV. GAMBAR ALAT
(TERLAMPIR)
V. LANGKAH KERJA
Percobaan ini dibagi dalam 3 tahap, yaitu:
a. Kalibrasi
refraktrometer
b. Tahap Persiapan
c. Operasi dengan refluks
parsial
A. Kalibrasi Refraktometer
·
Membuat campuran alcohol – aqua
dengan berbagai variasi perbandingan volume (0% - 96%) dengan interval 10%.
·
Melakukan pengamatan terhadap indeks bias
campuran.
·
Membuat kurva kalibrasi refraktometer
VI. DATA PENGAMATAN
% Volume Etanol
|
Volume
(ml)
|
Indeks
Bias
|
|
Etanol
|
Air
|
||
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
96
|
-
0,3
0,6
0,9
1,2
1,5
1,8
2,1
2,4
2,7
3
|
3
2,7
2,4
2,1
1,8
1,5
1,2
0,9
0,6
0,3
-
|
1,33
1,33377
1,34077
1,34778
1,34979
1,35276
1,35374
1,35377
1,35581
1,35672
1,35779
|
VII. PERHITUNGAN
Menghitung Volume Etanol
·
10% volume etanol sebanyak 3 ml dengan 96% volume etanol
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 10% x 3 ml
V1 = 0,3 ml
·
20% volume etanol sebanyak 3 ml dengan 96% volume etanol
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 20% x 3 ml
V1 = 0,6 ml
·
30% volume etanol sebanyak 3 ml dengan 96% volume etanol
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 30% x 3 ml
V1 = 0,9 ml
·
40% volume etanol sebanyak 3 ml dengan 96% volume etanol
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 40% x 3 ml
V1 = 1,2 ml
·
50% volume etanol sebanyak 3 ml dengan 96% volume etanol
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 50% x 3 ml
V1 = 1,5 ml
·
60% volume etanol sebanyak 3 ml dengan 96% volume etanol
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 60% x 3 ml
V1 = 1,8 ml
·
70% volume etanol sebanyak 3 ml dengan 96% volume etanol
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 70% x 3 ml
V1 = 2,1 ml
·
80% volume etanol sebanyak 3 ml dengan 96% volume etanol
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 80% x 5 ml
V1 = 2,4 ml
·
90% volume etanol sebanyak 3 ml dengan 96% volume etanol
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 90% x 5 ml
V1 = 2,7 ml
·
96% volume etanol sebanyak 3 ml dengan 96% volume etanol
M1 x V1 = M2 x V2
96% x V1 = 96% x 3 ml
V1 = 2,88 ml
= 3 ml
Menghitung Volume Air
·
Volume air 10
%
= Volume Campuran
- Volume Etanol 10 %
= 3 ml - 0,3
ml
= 2,7 ml
·
Volume air 20
%
= Volume Campuran
- Volume Etanol 20 %
= 3 ml - 0,6
ml
= 2,4 ml
·
Volume air 30
%
= Volume Campuran
- Volume Etanol 30 %
= 3 ml - 0,9
ml
= 2,1 ml
·
Volume air 40
%
= Volume Campuran
- Volume Etanol 40 %
= 3 ml - 1,2
ml
= 1,9 ml
·
Volume air 50
%
= Volume Campuran
- Volume Etanol 50 %
= 3 ml - 1,5
ml
= 1,5 ml
·
Volume air 60
%
= Volume Campuran
- Volume Etanol 60 %
= 3 ml - 1,8
ml
= 1,2 ml
·
Volume air 70
%
= Volume Campuran
- Volume Etanol 70 %
= 3 ml - 2,1
ml
= 0,9 ml
·
Volume air 80
%
= Volume Campuran
- Volume Etanol 80 %
= 3 ml - 2,4
ml
= 0,6 ml
·
Volume air 90
%
= Volume Campuran
- Volume Etanol 90 %
= 3 ml - 2,7
ml
= 0,3 ml
·
Volume air
96 %
= Volume Campuran
- Volume Etanol 96 %
= 3 ml - 3 ml
= 0 ml
Tabel Data Pembuatan Grafik
% Volume
Etanol
|
Indeks Bias
|
0
|
1.33
|
10
|
1.33377
|
20
|
1.34077
|
30
|
1.34778
|
40
|
1.34979
|
50
|
1.35279
|
60
|
1.35374
|
70
|
1.35377
|
80
|
1.35581
|
90
|
1.35672
|
96
|
1.35779
|
VIII. ANALISIS PERCOBAAN
Pada percobaan yang telah dilakukan dapat
dianalisa sebagai berikut:
Pada
percobaan ini kami melakukan praktikkum destilasi fraksionasi atau destilasi
bertingkat. Guna untuk memisahkan dua campuran atau lebih yang memiliki titik
didih yang berbeda. Bahan yang diguanakan pada praktikkum ini yaitu alkohol
berupa etanol dengan konsentrasi 96% dan air. Dimana titik didih masing-masing
yaitu 78˚C dan 100˚C.
Indeks
bias merupakan suatu larutan yang dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode antara lain dengan metode
interferometer yang meliputi interferometer mach – 2 ender, interforometerfabry
– perot dan interferometer michelsom.
Pada praktikum kali
ini, hanya melakukan kalibrasi refraktometer dengan mengecek indeks bias campuran antara air dan etanol 96%. Dengan konsentrasi tertentu yaitu 10%, 20%, 30%,
40%, 50%, 60%, 70%, 80%, 90% dan 96%.
Pada saat % volume etanol 0%, etanol yang digunakan 0 ml air 3 ml dan indeks biasnya 1,33.
10% etanol sebanyak 0,3 ml, air 2,7 ml dan indeks biasnya 1,33377. 20%, etanol sebanyak 0,6 ml, air sebanyak 2,4 ml dan indeks biasnya 1,34077. 30% etanolnya sebanyak 0,9 ml dengan menggunakan air sebanyak
2,1 ml dan indeks biasnya 1,34778. Dan seterusnya dapat dilihat pada table
data pengamatan.
Pada perhitungan,
dapat kita amati semakin besar % etanol yang digunakan, maka semakin banyak pula
volume etanol yang digunakan. Dan pada kurva dapat kita lihat, bahwa indeks bias pada refraktometer mengalami kenaikan.
IX. KESIMPULAN
Pada
percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
·
Destilasi
Fraksionasi merupakan proses untuk memisahkan dua komponen yang mempunyai titik
didih yang tidak jaug berbeda.
·
Indeks bias merupakan suatu larutan yang
dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode antara lain dengan metode interferometer yang meliputi interferometer mach – 2 ender,
interforometerfabry – perotdan interferometer michelsom.
·
Semakin banyak % volume etanol,
indeks bias yang dihasilkan selalu naik.
·
Pada kurva, dapat dilihat indeks bias
yang dihasilkan naik.
·
Didapatkan
indeks bias pada % volume etanol yaitu:
-
Pada 10 %
volume etanol : 1,33377
-
Pada 20 %
volume etanol : 1,34077
-
Pada 30 %
volume etanol : 1,34778
-
Pada 40 %
volume etanol : 1,34979
-
Pada 50 %
volume etanol : 1,35276
-
Pada 60 %
volume etanol : 1,35374
-
Pada 70 %
volume etanol : 1,35377
-
Pada 80 %
volume etanol : 1,35581
-
Pada 90 %
volume etanol : 1,35672
-
Pada 96 %
volume etanol : 1,35779
DAFTAR PUSTAKA
JOBSHEET. 2011. “Penuntun Praktikum Satuan Operasi–2”.
Politeknik Negeri Sriwijaya. Palembang
Selasa, 05 Maret 2013. Pukul : 19.23 WIB
Selasa, 05 Maret 2013. Pukul : 19.51 WIB
Selasa, 05 Maret. Pukul : 19.40 WIB
GAMBAR ALAT
ALAT REFRAKTOMETER TABUNG
REAKSI
PIPET UKUR BOLA
KARET
PIPET TETES
Tidak ada komentar:
Posting Komentar